Search
Close this search box.
Berita Terbaru
Kiai Anshori Kajen, Pejuang Dakwah di Tanah Papua
Salah satu hikmah yang dapat dijadikan teladan dan renungan bagi masyarakat muslim adalah sosok bernama Kiai Muhammad Anshori dari desa Kajen Margoyoso Pati. Di usia wafatnya yang cukup muda yaitu 46 tahun, Kiai Anshori telah memberikan banyak perilaku sederhana yang mencerminkan sikap dan prinsip seorang Muslim yang saleh.
Dilahirkan dari pasangan Bapak Sutaman dan ibu Masudah Kajen, Anshori mengenyam pendidikan agamanya dari Madrasah Mathaliul Falah Kajen dari kelas Ibtida sampai kelas II Aliah. Kemudian nyantri di Banten dengan Kiai Kharismatik Mbah Muhammad Dimyathi selama kurang lebih sembilan bulan. Dalam waktu yang cukup singkat itu, Kiai Anshori selesai menghafalkan Al-Quran.
Di Tahun 2011, Kiai Anshori bertolak ke Sentani Jayapura Papua sebagai bagian dari misi dakwah di daerah minoritas muslim. Kegiatan dakwah di pedalaman dan minoritas muslim itu menurut cerita sudah lama dilakukan oleh para santri dan murid-murid Kai Maemun Zubair Sarang yang tersebar di beberapa tempat di Papua. Pejuang-pejuang dakwah ini menyatu dengan masyarakat, membangun tempat-tempat ibadah, mengajar di sekolah dan madrasah, mendirikan majlis pengajian, dan menyebarkan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat.
Hidup dan berjuang di perantauan khususnya di Papua tentu menjadi tantangan bagi siapa saja karena harus bisa memahami dan menyesuaikan budaya masyarakat setempat. Belum lagi jika terjadi gesekan-gesekan dan konflik yang sering terjadi di sana yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan kelompok. Di sana, Kiai Ashori mendirikan Pesantren bernama Papua Tahfidz Bambar di Distrik Waibu Sentani Papua Barat yang dijadikan tempat untuk berdakwah dan menyebarkan nilai-nilai agama.

Totalitas Tawakal

Kiai Anshori dalam melihat kehidupan di dunia terkenal dengan sikapnya yang selalu memandang enteng kehidupan ini. Semua persoalan dan permasalahan di dunia, tampak tidak banyak digubris kecuali hanya dibahas bersama sahabat dan saudaranya dengan senyum dan tertawa. Cukup banyak kisah tentang hal ini dari saudara dan sahabat-sahabatnya bahwa Kiai Anshori memiliki sikap tawakal yang total, bahkan sikap tersebut kadang memunculkan pandangan negatif dari sebagian orang yang melihat Kai Anshori terlalu berlebihan dalam bertawakal dan kurang memiliki pertimbangan berfikir secara logis. Tampak kuat sekali dari keyakinannya bahwa semua kehidupan ini sudah ada yang mengatur sehingga tidak perlu dirisaukan, maka sudah seharusnya diserahkan sepenuhnya pada kehendak Allah swt.
Kiai Anshori menghabiskan banyak umurnya di perantauan dan terpisah dengan anak-anak dan keluarga terdekatnya. Meski masih usia anak-anak, mereka terpaksa jauh dari kedua orang tuanya untuk mengenyam pendidikan di Pati Jawa Tengah. Ibarat pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, semua anak-anaknya mengikuti jejak langkah orang tuanya. Semuanya menjadi penghafal Al-Quran yang selalu mengirimkan doa bagi kedua orang tuanya.
Dalam kegiatan ormasnya, Kiai Anshori sempat menjadi Rais Syuriah PWNU Papua dan Ketua Baznas Kabupaten Jayapura untuk periode 2021-2027.
Doa siswa sekolah di makam Kiai Anshori


Wafat dan Wasiat
Kiai Anshori wafat di tengah perjuangan dakwahnya di Papua, tepatnya di RSUD Jayapura pada hari Sabtu, 18 November 2023 pukul 08.20 WIB. Menjelang pemakamannya, keluarga bersepakat jenazah akan dimakamkan di desa Kajen Pati di dekat makam keluarga Bani Abdul Hadi dengan pertimbangan agar mudah diziarahi dan sesuai kitab syarah Mahally bahwa janazah itu lebih senang dimakamkan di dekat saudara saudaranya. Tiba-tiba datang salah seorang jamaah ngaji yang biasa mengikuti majlisnya menceritakan bahwa Kiai Anshori pernah dalam pengajiannya menentang keras jenazah yang diformalin dan ditunda pemakamannya hanya karena untuk dibawa dan dimakamkan di tanah kelahirannya atau di Jawa. Sehingga keputusan keluarga berubah pikiran dan menganggap itu sebagai wasiat dari almarhum. Akhirnya Kiai Anshori dimakamkan di lokasi pondok pesantren yang dirintisnya yaitu di kompleks pesantren Papua Tahfidz Bambar.
Sosok Kiai Anshori diterima masyarakat setempat tidak hanya di kalangan santri dan orang sesama muslim, ia menjalin hubungan baik dengan semua kalangan khususnya dengan pendeta dan orang kristen di Papua. Pemakaman yang terletak di kompleks lingkungan masyarakat menjadi bukti bahwa Kiai Anshori sudah menyatu dengan masyarakat karena di daerah tersebut ini terjadi pertama kalinya sebuah pemakaman ditempatkan di sekitar lingkungan rumah dan diterima baik oleh masyarakat sekitar.

“Para pejuang dimakamkan di tanah perjuangannya. Syuhada Uhud dimakamkan di Uhud padahal tidak jauh dari kota Madinah.” tutur Muhammad Niam Sutaman, kakak kandung dari kiai Anshori.

Share
WhatsApp
Facebook
Twitter